Selasa, 26 Mei 2009

MEWUJUDKAN MANADO TUJUAN UTAMA PARIWISATA


MANADO sebagai pusat kegiatan nasional di Sulawesi Utara sebagaimana arahan RTRWN (Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional) menjadi penting sebagai kota tujuan utama (Primary Destination) maupun sebagai kota transit sekaligus pusat pertumbuhan wilayah di kawasan Indonesia Timur.

Dengan kedudukan dan posisi strategis dalam konstalasi ekonomi lokal, regional maupun nasional secara geografis berada di kawasan Pasifik Rim memberi peluang bagi kota tinutuan ini berkembang menjadi kota pariwisata penting dan unggulan di skala nasional maupun internasional.
STRATEGI TERWUJUDNYA PERSPEKTIF  VISIONER MKPD
Kebijakan pemerintah Kota Manado menentapkan Manado sebagai kota Pariwisata Dunia 2010 diperlukan suatu peranan pengelolaan pariwisata yang terpadu serta terintegrasi. Disadari perencanaan pengembangan pariwisata dalam beberapa dekade terakhir dilaksanakan secara pragmatis dan terkesan sporadis contoh praktis seperti kegiatan promosi dan pemasaran pariwisata tampak kurang padu antara pihak-pihak yang berkompeten (Pemprov, Pemkot, serta stakeholder) masing-masing berjalan sendiri-sendiri sehingga sasaran yang dituju kurang maksimal. Tidak heran bila pariwisata Manado kalah bersaing dengan DTW (Daerah Tujuan Wisata) lain seperti Bali, Lombok dan lain-lain di Nusantara. Padahal melihat dari sejarah tercatat bahwa Kota Manado sudah terkenal di luar negeri (Eropa) sejak 1623 (abad 17) oleh karena hasil bumi (kelapa dan rempah-rempah). Mengatasi kelemahan yang ada, diperlukan suatu strategi jitu dengan melakukan pendekatan secara konseptual, termasuk melakukan evaluasi kebijakan pengembangan pariwisata (tourits policy) dan ketepatan (appropriatness), efektivitas (pencapaian program), serta efisiensi baik waktu, sistem dan pendanaan.
PROGRAM PRIORITAS
Dalam strategi dan prioritas pembangunan nasional 2008, sektor pariwisata menempati urutan ke-2 sebagai sasaran pembangunan. Sejalan dengan itu di bawah kepemimpinan Walikota Jimmy Rimba Rogi SSos dan Abdi Buchari SE MSi melahirkan visi smart yakni MKPD 2010 dengan mengenjot sektor pariwisata sebagai sektor primadona dan ujung tombak pembangunan kota. Mendukung upaya pemerintah kota tersebut, beberapa program prioritas penting serta kendala dan tantangan dalam pengembangan pariwisata Manado ke depan antara lain:
a.    Pembangunan Objek Wisata Unggulan
Dalam rangka merebut pangsa pasar wisatawan Manado tidak hanya mengandalkan objek wisata Bunaken. Keanekaragaman objek wisata merupakan syarat mutlak untuk meraih kunjungan yang signifikan. Jujur harus diakui selain Bunaken, objek wisata yang ada di Kota Manado kurang layak jual karena belum tersedianya sarana dan fasilitas seperti, pos pintu masuk, akses jalan, tempat parkir, MCK, kafetaria, ruang istirahat dan lain-lain. Sudah saatnya Manado membangun objek wisata unggulan yang dilengkapi sarana dan fasilitas yang memadai, menarik dan nyaman dikunjungi antara lain seperti;
-    Mini Zoo (kebun binatang mini) satwa Sulawesi di Gunung Tumpa. Gunung Tumpa adalah kawasan ekowisata yang menyimpan kekayaan alam flora dan fauna endemik memiliki daya tarik bagi pengembangan wisata alam.  Jika objek ini dibangun pada 2008 ini, manfaatnya sangat besar guna mendongkrak perolehan kunjungan wisatawan (lokal, wisnu dan wisman) termasuk sumber PAD baru sekaligus menjadi sarana wisata pendidikan, penelitian, tracking, hiking dan pelestarian lingkungan, konservasi fauna langka seperti, Monyet hitam (Maccaca nigra), Tangkasi (Tarsius spectrum), Kus-kus kerdil (Stigo kus-kus Celebensis), Babi rusa, Rusa dan beberapa jenis koleksi burung langka (Moleo, Rangkong/burung taong. 
-    Aquarium Raksasa di Tumumpa Animo wisatawan berkunjung ke Taman Laut Bunaken sangat besar namun kadang kala tidak jarang ada pengunjung mengurungkan niatnya untuk menikmati dan menyaksikan panorama bawah laut Bunaken, karena kendala cuaca, keterbatasan waktu berkunjung sehingga tidak sempat menikmati surga para divers dunia. Mengatasi berbagai kendala tersebut perlu dibangun aquarium raksasa biota laut (sea world) representatif yang wujudnya menggambarkan alam bawah laut Bunaken. Terbangunnya aquarium raksasa ini bermanfaat untuk pemerataan dan penyebaran pembangunan di wilayah Manado Utara serta menyerap arus kunjungan lokal, regional maupun internasional termasuk di dalamnya penyerapan/penyediaan lapangan kerja baru, peningkatan investasi, pembangunan wilayah tertinggal dan penguatan ekonomi kerakyatan.
-    Agro wisata Balitka Kayuwatu Potensi yang ada di lokasi Balitka sangat besar untuk dijadikan objek wisata agro, pendidikan, penelitian serta rekreasi yang menarik, mempesona serta nyaman untuk dikunjungi. Apalagi suasana alam dan letak yang sangat strategis, mudah diakses dari berbagai penjuru serta termasuk dalam kawasan pengembangan pariwisata terpadu (perhotelan, arena olahraga, konvensi, expo dan pameran, kuliner, air port). Persoalannya sekarang bagaimana Balitka dapat difungsikan sebagai salah satu objek wisata unggulan, diperlukan kerja sama antara pihak pemerintah kota (Disparbud) dan pihak pengelola Balitka (Deptan), baik dalam hal promosi, pemasaran serta penambahan sarana. Fasilitas seperti: pembuatan pintu masuk (pos jaga, water boom), MCK, shelter, parkir, kafetaria, ruang istirahat termasuk penetapan tarif masuk pengunjung.
-    Objek wisata Cagar Budaya Pemanfaatan bangunan bersejarah sebagai objek wisata cagar budaya di Kota Manado belum disentuuh sama sekali, ada beberapa peninggalan sejarah yang bernilai tinggi, menarik serta mempunyai pesona bagi pengunjung minat khusus (special tourist). Menonjol dikedepankan dan digarap antara lain gedung Minahasa Raad, Gereja GMIM Sentrum, rumah dinas Gubernur Bumi Beringin, rumah adat Minahasa di Paal Dua, gedung PIKAT. Bangunan bersejarah tersebut perlu dipugar dan direnovasi, termasuk mengembalikan barang-barang bersejarah di dalamnya.
-    Wisata Konvensi Berkumandangnya pelaksanaan WOC (World Ocean Conference) Mei 2009 di Manado merupakan stepping stone (batu loncatan) Manado menjadi kota konvensi dunia. Menarik disimak apa yang disampaikan mantan Menparpostel Yoop Ave pada waktu rapat persiapan WOS sebelum diubah menjadi WOC di Hotel Ritzy beberapa waktu yang lalu, beliau menyampaikan peluang dan manfaat WOC bagi Sulawesi Utara sekaligus menantang para peserta rapat ‘’apa yang akan dilakukan after WOC?’’. Setelah WOC perlu diramu/dikemas ivent-ivent mendunia seperti konfrensi di bidang kedokteran, hukum dan HAM, krisis energi, pangan dan lain-lain agar tidak terulang pengalaman Bali booming kegiatan wisata konvensi dan sempat mengalami kelesuan yang cukup lama.
-    Wisata Olahraga Ditunjuknya Manado sebagai tuan rumah penyelenggaraan FIPOB (Festival Internasional Pemuda Olahraga Bahari) Agustus 2008, merupakan peluang yang sangat baik bagi pengembangan wisata olahraga. Kesempatan tersebut perlu diikuti dengan penyelenggaraan ivent-ivent olahraga berskala internasional lain seperti: Turnamen Bridge Internasional, Manado Marathon 10 K, Skuba Diving Internasional, Orientasi Bawah Laut, Under Water Photograpy, Terjun Payung Internasional, reli motor wisata, triath lon Internasional yang dilaksanakan secara berkala dan berkesinambungan.
b.    Kendala dan Tantangan
Beberapa kendala dan tantangan yang mengganjal lajunya pengembangan pariwisata Kota Manado yakni:
-    Kebijakan tarif angkutan udara Tarif tiket dari dan ke Manado pada waktu peak season terlalu tinggi merupakan kendala dan tantangan yang sangat signifikan. Kondisi kurang menguntungkan ini jika tidak ditanggulangi akan berpengaruh terhadap jumlah kunjungan, lenght of stay (lama tinggal), tourist expenditure (belanja wisatawan), minimnya peluang kerja dan kesempatan berusaha, ancaman kenaikan jumlah pengangguran (PHK pada usaha industri pariwisata), kelesuan berinvestasi dan lain-lain. Jika dikomparasikan dengan negara-negara seperti Malaysia, Singapura, Thailand tarif angkutan udara relatif jauh lebih murah dimana apabila seorang turis dari Jakarta-Kualalumpur, Jakarta-Bangkok, Jakarta-Singapura hanya merongoh kantong tiga juta rupiah sudah boleh terbang pp sekaligus menikmati objek/atraksi wisata serta akomodasi selama 2-3 hari. Bila dibandingkan Jakarta-Manado jumlah biaya yang sama hanya berupa ongkos tiket pp. Mencermati kendala tersebut, perlu good will pemerintah untuk menurunkan tarif angkutan udara dari dan ke Manado minimal sama dengan kebijakan tarif penerbangan Malaysia, Singapura, maupun Thailand. Apabila tarif angkutan udara diturunkan maka minimal Manado dapat meraih kunjungan wisman 10 persen dari target pemerintah Indonesia yakni 7 juta wisman akan terealisir.
-    SDM Pariwisata kurang Profesional Berdasarkan data penyerapan tenaga kerja sektor pariwisata di Kota Manado 2006 berjumlah 202.857 orang. Dari jumlah tersebut jujur kebanyakan belum profesional dan tidak dilengkapi sertifikasi kompetensi. Tak pelak bila kita berkunjung ke restoran di Manado tidak jarang mengalami kekecewaan akibat sikap acuh tak acuh para pelayan, terkesan asal-asalan. Budaya tamu/pengunjung adalah raja belum tampak pada sikap pramusaji menyiasati problem ini diperlukan pelatihan kompetensi SDM pariwisata seperti bahasa asing, table manner, tata krama, pemandu wisata, penjaga pantai, pengrajin souvenir dan sebagainya. Pembangunan pariwisata Manado secara terencana, terpadu dan terintegrasi merupakan prasyarat mutlak bagi terwujudnya Manado Kota Pariwisata Dunia yang utama (primary destination). Bravo MKPD 2010.# (16 Juli 2008)
Sumber :
Drs Johnny Karinda, Kasubdin Program Disparbud Manado
27 Mei 2009
Sumber Gambar:

1 komentar:

  1. Pengin makan bubur tinotuan,, enak lho,,
    kalo di jawa namanya jenang gronjol....


    rental komputer

    BalasHapus