Selasa, 26 Mei 2009

BUDAYA MANADO




Bahasa digunakan sebagai bahasa sehari-hari di Manado dan wilayah sekitarnya disebut bahasa Melayu Manado. Bahasa daerah Manado menyerupai bahasa Indonesia tetapi dengan logat yang khas. Beberapa kata dalam dialek Manado berasal dari bahasa Belandadan bahasa Portugis karena daerah ini dahulunya merupakan wilayah penjajahan Belanda dan Portugis.


Penduduk di kota Manado terdiri dari berbagai latar belakang etnik maupun agamanya. Mayoritas penduduk berasal dari suku Minahasa, menyusul suku Sangihe Talaudsuku Bolaang Mongondowsuku Gorontalo dan suku Tionghoa. Selain itu terdapat pula penduduk suku Jawasuku Bataksuku Arabsuku Malukusuku Makassar dan sebagainya. Agama yang dianut adalah Kristen ProtestanIslam,KatolikBudha dan Hindu. Mayoritas penduduk kota adalah pemeluk agama Kristen atau Katolik. Hal itu jelas dapat dilihat dari banyaknya gereja-gereja di seantero kota. Meski begitu heteroginnya, namun masyarakat Manado sangat menghargai sikap hidup toleran, rukun, terbuka dan dinamis. Karenanya kota Manado memiliki lingkungan sosial yang relatif kondusif dan dikenal sebagai salah satu kota yang relatif aman di Indonesia. Sewaktu Indonesia sedang rawan-rawannya dikarenakan goncangan politik sekitar tahun 1999 dan berbagai kerusuhan melanda kota-kota di Indonesia. Kota Manado dapat dikatakan relatif aman. Hal itu tercermin dari semboyan masyarakat Manado yaitu Torang samua basudara yang artinya "Kita semua bersaudara".

Secara umum, kehidupan di Kota Manado sama dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Pusat kota terdapat di Jalan Sam Ratulangi, yang banyak dibangun pusat-puast pembelanjaan yang terletak di sepanjang jalur utara-selatan, yang juga dikenal dengan tempat yang memiliki restoran-restoran terkenal di Manado. Akhir-akhir ini Manado terkenal dengan makin menjamurnya mal-mal dan restoran-restoran yang dibangun di sepanjang pantai yang memanfaatkan pemandangannya yang indah di saat menjelangnya matahariterbenam.

Tidak jauh dari pusat kota terdapat Pasar 45, yang menyediakan barang-barang berupa kain, souvenir seperti keranjang, ukiran kayu,cross-stitched fabrics yang berasal dari pulau Sangir dan Talaud. Pasar ikan Kuala Jengki, berada di depan sepanjang danau yang membagi dua kota, merupakan tempat yang bagus untuk mengambil foto bernuansa atmosfer. Musium Provinsi di Jalan Maengket memiliki koleksi artifak-artifak yang menarik. Kota Manado juga memiliki sebuah lokasi untuk balapan kuda yang terletak di Ranomuut Race Track, di sebelah timur kota, menuju ke bawah kota. Tempat ini biasanya digunakan untuk balap kuda, kereta kuda/bendi dan kereta yang ditarik dengan kerbau. Kota Manado juga memiliki lapangan golf di daerah Kayuwatu yang dikelilingi oleh pohon-pohon kelapa.
Musik tradisional dari Kota Manado dan sekitarnya dikenal dengan nama musik Kolintang. Alat musik Kolintang dibuat dari sejumlah kayu yang berbeda-beda panjangnya sehingga menghasilkan nada-nada yang berbeda. Biasanya untuk memainkan sebuah lagu dibutuhkan sejumlah alat musik kolintang untuk menghasilkan kombinasi suara yang bagus.

Kawanua

Masyarakat Manado juga disebut dengan istilah "warga Kawanua". Walaupun secara khusus Kawanua diartikan kepada suku Minahasa, tetapi secara umum penduduk Manado dapat disebut juga sebagai warga Kawanua. Dalam bahasa daerah Minahasa, "Kawanua" sering diartikan sebagai penduduk negeri atau "wanua-wanua" yang bersatu atau "Mina-Esa" (Orang Minahasa). Kata "Kawanua" diyakini berasal dari kata "Wanua". Kata "Wanua" dalam bahasa Melayu Tua (Proto Melayu), diartikan sebagai wilayah pemukiman. Sementara dalam bahasa Minahasa, kata "Wanua" diartikan sebagai negeri atau desa.

Sumber :
27 Mei 2009
Sumber Gambar:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar